CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Monday 10 December 2007

Genting


Waktu mendengar kabar bahwa tutup mesin pesawat Lion Air lepas ketika mengudara, seorang kawan saya mantan pramugara berseloroh, "Emang kalo naik pesawat di kita tidak jatoh itu karena takdir!"

Separah itukah ?

"Lha iya, sudah jelas transfortasi beresiko tinggi dan aturannya sangat ketat, koq bisa-bisanya teledor seperti itu", kawan saya makin berapi-api lengkap dengan logat Betawinya.

Kalau diresapi ada benarnya. Beresiko tinggi dan aturannya sangat ketat begitu apalagi transfortasi yang lain. Transfortasi darat misalnya.

Saya jadi teringat jika saya mudik. Udik saya ada di sebuah desa perbatasan kabupaten Tasikmalaya dan kabupaten Ciamis. Setelah menggunakan Bis harus nyambung pakai angkutan jenis minibus. Dan, penumpangnya ? kursi seharusnya diisi empat orang, bisa jadi lima atau enam. Yang paling mengerikan di depan, seharusnya tiga orang dengan sopir, sudah biasa diisi empat bahkan lima orang. Alhasil sopir duduknya mepet di pintu, pegang setirpun miring dari kanan. Tapi namanya sopir angkutan umum, dalam posisi seperi itu di jalan tetap tancap gas. Saya juga bingung bagaimana dia menginjak pedal gas.

Bagaimana dengan kenyaman ?

Rasanya, bukan saatnya untuk ditanyakan.

Keselamatan ?

Saya teringat kata-kata kawan saya tadi, "Kalau selamat itu karena takdir!"

Gawat. Lebih tepat lagi genting. Koq genting, kayak perang aja. Ya, karena taruhannya sama-sama nyawa.

Berbicara soal taruhan nyawa, negeri kita seolah-olah tak henti-hentinya ditimpa kejadian yang tidak sedikit, bukan lagi taruhan, tapi memang benar-benar merenggut nyawa. Kecelakaan, konflik, atau bencana alam.
Sebagai elemen bangsa, kita merasa prihatin. Namun, keprihatinan yang terus-menerus dan silih berganti bisa berbuah kurang kepercayaan diri. Kurang kepercayaan diri sebagai bangsa. Jika benar-benar ini terjadi inilah sebenarnya genting !

***

Genting yang lain adalah kalau menyimak perang kata-kata blogger Indonesia (bloger Malaysia menyebutnya Indon) dengan blogger Malaysia (blogger Indonesia menyebutnya Malingsia) di dunia maya. Saling ejek, saling hina dan terakhir saling tantang.

Ketika minggu lalu saya mendapat tugas ke Malaysia, sempat ketar-ketir juga. Wah ini keadaan sedang genting. Harus hati-hati.

Sesampai di bandara KLIA mulai lihat-lihat situasi, kalau-kalau ada indikasi ke arah itu. Setelah dirasa tidak ada tanda-tanda yang perlu dikuatirkan baru melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan.

Dilalah tujuannya adalah Genting. Tepatnya Genting View Resort. Namanya Genting tetapi jauh dari keadaan genting. Yang ada (sepertinya) damai dalam nuansa ambisius. Suatu resort di tengah kawasan hutan (meski tidak lebat) dengan bangunan-bangunan tinggi "menempel" di lereng-lereng. Apartemen dan hotel pongah berdiri dalam kemiringan dan kehijauan.

Berjalan ke kawasan lebih atas, highland, aroma ambisius makin kental. Bangunan-bangunan makin pongah berlomba untuk melebihi tinggi puncak gunung dan tanpa ragu mengejek lereng-lereng dan tebing terjal dengan akar-akar beton.

Sasampai di puncak saya merasa sedang menginjak-injak tingginya gunung. Dan, tak kuasa lagi untuk bercekak pinggang dan memandang rendah apapun yang berada di bawah.

Dalam pekat kabut puncak gunung, angin basah menampar-nampar seraya menyadarkan, inilah sebenarnya genting !
***

Saturday 8 December 2007

Well come to my blog

Ini blog saya tempat menumpahkan apa yang sedikit saya punya dan yang ingin saya punya. Singkat kata, belajar.